Apakah Seorang Jurnalis abal-abal tulis berita yang abal-abal jugakah?

     Jika mendengar kata "Jurnalis" yang muncul di benak saya ialah berita. Maka, kedua kata ini saling berkesinambungan dan memiliki kedekatan yang khusus. Berita yang memiliki beberapa unsur yaitu, impact, timelineness, magnitude, proximity, bizareness, conflict, human interest, prominence, dan currency. Semua unsur yang terdapat di dalam sebuah berita akan menjadi suatu daya tarik oleh pembaca. Namun, sangat disayangkan bila kini banyak orang yang mengaku Jurnalis padahal ia tidak seutuhnya menjadi Jurnalis, maka dapat kita sebut abal-abal. Akan tetapi, menariknya apakah seorang Jurnalis abal-abal juga menulis berita yang abal-abal?

    Dari survey internet diperkirakan mencapai 47.000 media, dan hampir 79% merupakan media abal-abal, dengan berita yang tidak dapat dipetanggung jawabkan. Atau, membuat berita yang berasal dari perusahaan media lain. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan tersebut, maka kita dapat mengatakan bahwa ternyata tak hanya seorang jurnalistik abal-abal saja yang menulis berita abal-abal walau pun seorang jurnalis profesional pun ternyata kenyataannya merekapun menulis berita abal-abal ataupun mengambil berita orang lain.

    Kebiasaan mengambil, menjiplak, menduplikasi pekerjaan orang lain sepertinya sudah melekat dalam masyarakat Indonesia, hingga seorang Jurnalis pun yang seharusnya dapat menghasilkan berita yang originalitas karya pribadinya pun nyatanya masih melakukan hal tercela tersebut. Suatu kebiasaan buruk yang sangat sulit di hindari saat ini.

    Dari pertanyaan di atas maka dapat disimpulkan menurut pendapat pribadi saya, Seorang jurnalis abal-abal pun tidak selalu menulis berita abal-abal. Bahkan, seorang jurnalis yang profesional dan berpengalaman pun bahkan mengetahui dan memahami kode etik seorang jurnasi pun tak jarang melanggar dan melupakan undang-undang pers itu sendiri. 


    Saya tentu berharap kepada masyarakat untuk lebih selektif membaca berita yang disuguhkan, dan lebih pintar dalam mempercayai berita yang ada saat ini. Jangan hanya membaca headlines, akan tetapi di baca keseluruhan berita yang sudah di tulis, agar tidak mengakibatkan salah paham dan berbeda persepsi.


Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/216289/dari-47-ribu-media-hampir-80-abal-abal


Comments